Latest News

Pendulangan Intan Cempaka

Jumat, 12 Februari 2010 , Posted by Rooneybjm at 11.01

Langit cerah tanpa tabir memacu semangat kita menapaki labirin di hamparan "tanah kemilau" maha luas, untuk menyaksikan dari dekat proses pendulangan intan tradisional Cempaka.

PULUHAN orang, para pendulang intan beranjak menganjung lenggangan, sesekali khas terlihat, lenggangan sekaligus mereka jadikan caping untuk menutup kepala dan melindungi tubuh mereka yang cokelat legam. Beberapa buah gerobak sapi masing-masing ditumpangi tiga sampai lima orang, berjalan perlahan, tampak berat mengangkut setumpuk kayu galam yang akan mereka jadikan penyangga tanah galian.
Di muara jalan, salah seorang dari mereka berhenti di sebuah warung makanan dan minuman, membeli mie instan, rokok kretek, dan mengisi ceret dengan air panas. "Mau kemana mas, mau ke dalam melihat kita mendulang intan? mari..." sapa orang tadi sambil menawarkan tumpangan menuju tempat ia dan tiga kawannya mendulang intan.
Meski harus menghirup aroma tak sedap berada di belakang sapi, sayang rasanya kalau jasa tersebut disia-siakan. Lagi pula, dengan segenap keramahan pemiliknya, toh menjadi keasyikan tersendiri bisa naik gerobak sapi menyisiri bibir-bibir lubang galian dan membelah hamparan kawasan pendulangan intan tradisional, di Desa Pumpung, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Adakala berpapasan dengan dua atau tiga pendulang intan yang berjalan, juga hendak menuju lubang galian. Tak segan-segan mereka lantas melempar senyum sekaligus sapa, "Ikut mendulang intan kah? asal jangan takut kotor saja," ujar salah seorang dari mereka. Para pendulang intan tahu betul kalau mereka kedatangan tamu orang luar
Laju gerobak sapi semakin merayap saat menyeberangi genangan air selutut manusia, terlihat dari beberapa pendulang intan yang berjalan, mengesot menyeberangi genangan, tak jauh dari gerobak sapi. "Tenang saja mas, kita sudah terbiasa lewat sini, jangan khawatir," harap Amin, 45 tahun, yang mengisyaratkan kalau gerobak sapi miliknya tidak mungkin amblas apalagi terbalik. Ia juga menegaskan kalau para pendulang intan sudah terbiasa dengan medan berat di kawasan tersebut.
Memang, kebanyakan para pendulang intan sangat menguasai seluk beluk medan di kawasan pendulangan intan dan sekitarnya. Mana lobang berbahaya, lumpur, tanah keras, dan di mana titik genangan air yang dalam, mereka tahu betul semuanya.
Jangan terburu membayangkan apalagi berkesimpulan, alam dan medan di kawasan pendulangan intan terbilang sangar, akhirnya membuat kita emoh mengunjunginya. Kenyataannya berbeda, justeru alam dengan suguhan medan seperti itulah yang memberi tantangan tersendiri yang mengasyikkan. Buktinya, tak jarang wisatawan, domestik maupun mancanegara yang rela basah dan kotor hanya untuk menyaksikan dari dekat proses mendulang butiran intan.

Mudah dan Murah Dijangkau

Kecamatan Cempaka kota Banjarbaru, didominasi oleh karakteristik geografis dataran tinggi dengan rata-rata ketinggian topografi antara 50 sampai 150 meter di atas permukaan laut. Sehingga praktis, kawasan pendulangan intan, di Pumpung atau Ujung Murung misalnya, juga dikelilingi oleh bukit-bukit yang menyembul.
Kawasan pendulangan intan tradisional di Kecamatan Cempaka, paling banyak tersebar di Kelurahan Sungai Tiung. Kelurahan seluas 21,50 Km2 dengan jumlah kepadatan 306 jiwa per Km2, ini memiliki dua kawasan pendulangan intan tradisional yang telah dikenal di mata dunia, yaitu Pumpung dan Ujung Murung. Khususnya Pumpung, terkenal karena temuan intan sebesar telur ayam dengan berat 166,7 kerat, pada 30-an tahun silam. Belakangan intan tersebut dinamai Trisakti.
Untuk menuju kawasan wisata pendulangan intan tradisional ini, banyak akses transportasi darat yang bisa kita pilih, tentunya relatif cepat, mudah dan murah. Pendulangan intan Pumpung misalnya, berada di sisi tenggara kota Banjarbaru, 40 Km dari Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalsel.
Dari Banjarmasin menuju Kota Banjarbaru dapat dituju menggunakan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun empat, dengan waktu tempuh selama 1 jam. Kemudian, dari kota Banjarbaru menuju Kecamatan Cempaka bisa dicapai selama 15 menit, langsung menuju kawasan wisata tersebut.
Aktivitas pendulangan intan dilakukan oleh warga setiap hari, dari pagi hingga petang, kecuali hari Jumat serta hari-hari besar Islam yang menjadi hari libur mereka. Jadi, kita pun dapat bebas dan sepuasnya memilih hari yang tepat untuk berwisata pendulangan intan.
Mendulang intan membutuhkan proses yang cukup panjang dan memakan waktu yang lama. Pagi ketika matahari masih segar menyengat, sekitar pukul delapan para pendulang intan sudah turun dari rumah menuju lokasi pendulangan mereka masing-masing.
Saat itulah kita bisa melihat mereka berkelompok, iring-iringan berjalan membawa berbagai peralatan mendulang intan terutama lenggangan, yaitu semacam caping atau tangguk besar terbuat dari kayu, digunakan dengan cara melenggangkannya di atas permukaan air untuk memisahkan materi pasir dan tanah dengan butiran intan.
Mereka memulai pekerjaan dengan menembak lobang galian dengan cara menyemprotkan air lewat pipa. Kemudian materi tanah dan batu yang terkikis di dasar lobang, mereka angkat dengan cara menyedotnya menggunakan mesin. Penyedotan dilakukan oleh tiga sampai lima orang. Materi yang tersedot disaring di sebuah bangunan berbentuk menara yang diletakkan di bibir lobang galian. Nah, hasil penyaringan itulah, mereka kumpulkan dalam sebuah kolam, yang kemudian dimulailah kegiatan melenggang.
Para pendulang intan bekerja secara berkelompok. Satu lubang galian sedalam 10 sampai 50 meter dikerjakan oleh satu atau dua kelompok. Mereka menganut sistem kerja abian, yaitu sistem bagi hasil antara pemilik lahan, pemilik mesin sedot, penggali lobang, dan pelenggang. Satu prinsip yang masing-masing mereka pegang erat bersama, yaitu kejujuran.

Ikut Mendulang Intan

Sebuah dasar lobang galian berdiameter 20 meter dengan kedalaman hampir 40 meter, empat orang terlihat berjibaku lumpur dan air. Sebagian berendam dan cuma menyisakan sebatas leher kepala di permukaan air, sebagian lagi membungkuk mengarahkan tembakan air.
Di permukaan tanah tak jauh dari lobang galian, di sebuah kolam beratap daun rumbia, sekelompok orang lainnya tampak memaku konsentrasi, melenggang, mengaduk-aduk pasir halus. Tiba-tiba ups...semburat setitik batu putih kebiru-biruan. "Galuh (intan) oy...galuh...ini namanya intan mas," sebut Nazaruddin, salah seorang di antara mereka, tersungging sambil memperlihatkan temuan intannya. "Pegang saja mas, tidak apa-apa, belum pernah pegang intan kan?" tambahnya.
Dari kegembiraan tadi, tercermin keramahan yang kita dapatkan. Sambil bekerja, berulang kali mereka melempar senyum dan menjelaskan ihwal seputar aktivitas mendulang intan yang telah ada sejak ratusan tahun silam.
Tak jarang pula mereka mengajak kita turun ke lobang galian atau bahkan diajak ikut melenggang bersama mereka. Cobalah ambil bagian menerima tawaran tersebut. Jangan segan-segan, sebuah pengalaman berharga tentunya, tak sekadar melihat tapi lebih menikmati dan merasakannya, asyik...
Kegiatan mendulang intan juga menjadi incaran penggemar fotografi. Percayalah, untuk pengguna kamera analog, tak akan cukup anda hanya bermodal satu atau dua rol film. Sebab, tidak sedikit objek fotografis yang menarik untuk diabadikan. Bukan hanya kegiatan mereka mendulang intan yang menarik dipotret, tapi juga sosial budaya masyarakat setempat.
Sementara lewat tengah hari, biasanya para pendulang intan dan orang ketiga yang membeli langsung intan mentah dari pendulang lalu menjualnya kembali, disebut pembelantikan, biasa menawarkan intan mentah kepada wisatawan yang datang.
"Mau beli intan pak, yang ini lima puluh ribu dan yang ini seratus ribu," ujar Suriansyah, warga Kelurahan Bangkal, menyodorkan berbagai ukuran intan mentah, sambil menyilakan memeriksanya lewat sebuah alat bernama kekeran. Nah, bagi anda yang ingin memiliki intan mentah tersebut, transaksi jual beli pun bisa dilakukan langsung dengan mereka. Tentunya dengan harga yang relatif miring. Akhirnya menjadi oleh-oleh yang anda kantongi ketika pulang.
Dalam waktu sehari, tak cukup waktu menapaki seluruh kawasan pendulangan intan di Kecamatan Cempaka. Masih banyak kawasan lainnya di kecamatan setempat yang menantang untuk kita jelajahi. Sebut saja Kelurahan Bangkal yang berbatasan dengan Kabupaten Tanah Laut, dan Kelurahan Palam di bagian selatan Kota Banjarbaru.
Mereka yang belum pernah ke pendulangan intan, ujar pengalaman orang banyak, tidak ke Kalimantan kalau tidak ke Cempaka dan mengusap langsung intannya ke mata kita, yang konon menurut warga setempat, membuat mata kita cilong bercahaya. Buktikan saja langsung. Fikria hidayat

Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar