Jembatan Barito

Jembatan Barito Marley And Me

Pendulangan Intan Cempaka

Pendulangan Intan Cempaka

Makam Sultan Suriansyah

Makam Sultan Suriansyah

Mesjid Raya Sabilal Muhtadin

Mesjid Raya Sabilal Muhtadin

Kalimantan Selatan

Latest News

Pulau Kembang

Posted by Rooneybjm on Kamis, 01 April 2010 , under | komentar (0)



Pulau Kembang adalah sebuah delta yang terletak di tengah sungai Barito yang termasuk di dalam wilayah administratif kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, provinsi Kalimantan Selatan. Pulau Kembang terletak di sebelah barat Kota Banjarmasin. Pulau Kembang ditetapkan sebagai hutan wisata berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum12/1976 dengan luas 60 Ha.

Di dalam kawasan hutan wisata ini terdapat altar yang diperuntukkan sebagai tempat meletakkan sesaji bagi " penjaga" pulau Kembang yang dilambangkan dengan dua buah arca terwujud kera berwarna putih (Hanoman), oleh masyarakat dari etnis Tionghoa-Indonesia yang mempunyai kaul atau nazar tertentu. Seekor kambing jantan yang tanduknya dilapisi emas biasanya dilepaskan ke dalam hutan pulau Kembang apabila sebuah permohonan berhasil atau terkabul.

Pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Kembang, hati-hati karena monyetnya lumayan agresif lho, amankan barang-barang kecil karena monyetnya suka nyamperin barang-barang pengunjung. Nah, biar tidak dibajak sama sang monyet-monyet itu sebaiknya kita siapkan makanan kecil buat mereka, seperti kacang, pisang, dll. Sayang sekali sepertinya pemerintah setempat kurang memperhatikan dan merawat pulau ini, ini terbukti Pulau Kembang semakin jorok karena banyak sampah nyangkut, apalagi pas musim hujan becek banget. Banyak guide liar juga disana, mereka suka ngikutin kita menjelajah pulau, akhirnya mereka minta fulus dari kita. Tapi meskipun begitu Pulau Kembang asyik banget untuk dikunjungi.

Kain Sasirangan

Posted by Rooneybjm on Rabu, 31 Maret 2010 , under | komentar (0)




Kain SasiranganKain Sasirangan ini asal mulanya digunakan atau dipercaya untuk kesembuhan bagi orang yang tertimpa suatu penyakit (pamintaan). Kain ini dipakai pada upacara adat suku daerah Banjar. Kain sasirangan ini berbentuk laung (ikat kepala), kekamban (kerudung) dan tapih bumin (kain sarung). Sebagai bahan pewarna diambil dari bahan bahan pewarna alam seperti jahe, air pohon pisang, daun pandan dll.

Menurut sejarah sekitar abad XII sampai abad ke XIV pada masa kerajaan Dipa, di Kalimantan Selatan telah dikenal masyarakat sejenis batik sandang yang disebut Kain Calapan yang kemudian dikenal dengan nama Kain Sasirangan.

Menurut cerita rakyat atau sahibul hikayat, kain sasirangan yang pertama dibuat yaitu tatkala Patih Lambung Mangkurat bertapa selama 40 hari 40 malam di atas rakit balarut banyu. Menjelang akhir tapanya rakit Patih tiba di daerah Rantau kota Bagantung. Dilihatnya seonggok buih dan dari dalam buih terdengan suara seorang wanita, wanita itu adalah Putri Junjung Buih yang kelak menjadi Raja di Banua ini. Tetapi ia baru muncul ke permukaan kalau syarat-syarat yang dimintanya dipenuhi, yaitu sebuah istana Batung yang diselesaikan dalam sehari dan kain dapat selesai sehari yang ditenun dan dicalap atau diwarnai oleh 40 orang putri dengan motif wadi / padiwaringin. Itulah kain calapan / sasirangan yang pertama kali dibuat.

Kain Sasirangan adalah kain yang didapat dari proses pewarnaan rintang dengan menggunakan bahan perintang seperti tali, benang atau sejenisnya menurut corak-corak tertentu. Pada dasarnya teknik pewarnaan rintang mengakibatkan tempat-tempat tertentu akan terhalang atau tidak tertembus oleh penetrasi larutan zat warna. Prosesnya sering diusahakan dalam bentuk industri rumah tangga, karena tidak diperlukan peralatan khusus, cukup dengan tangan saja untuk mendapatkan motif maupun corak tertentu, melalui teknik jahitan tangan dan ikatan.

Sebagai bahan baku kainnya, yang banyak digunakan hingga saat ini adalah bahan kain yang berasal dari serat kapas (katun). Hal tersebut disebabkan karena pada mulai tumbuhnya pembuatan kain celup ikat adalah sejalan dengan proses celup rintang yang lain seperti batik dan tekstil adat. Untuk saat ini pengembangan bahan baku cukup meningkat, dengan penganekaragaman bahan baku non kapas seperti : polyester, rayon, sutera, dan lain-lain.

Desain/corak didapat dari teknik-teknik jahitan dan ikatan yang ditentukan oleh beberapa faktor, selain dari komposisi warna dan efek yang timbul antara lain : jenis benang/jenis bahan pengikat.

Kain Sasirangan


Dengan mengkombinasikan antara motif-motif asli yang satu dengan motif asli yang lainnya, maka kain kain sasirangan makin menarik dan kelihatan modern Selain itu motif-motif tersebut dimodifikasi sehingga menciptakan motif-motif yang sangat indah namun tidak meninggalkan ciri khasnya. Adapun corak atau motif yang dikenal antara lain Kembang Kacang, Ombak Sinapur Karang, Bintang Bahambur, Turun Dayang, Daun Jaruju, Kangkung Kaombakan, Kulit Kayu, Sarigading, Parada dll.

Produk barang jadi yang dihasilkan dari kain Sasirangan yaitu Kebaya, Hem, Selendang, Jilbab, Gorden, Taplak Meja, Sapu Tangan, Sprei dll. Penggunaan Kain Sasirangan inipun lebih meluas yaitu untuk busana pria maupun wanita yang dipakai sehari-hari baik resmi atau tidak.



Dayak Kalimantan Paling Banyak Dicari

Posted by Rooneybjm on Kamis, 25 Februari 2010 , under | komentar (0)



SUKU Dayak terkenal hingga ke mancanegara. Begitu singgah ke Kalimantan, wisatawan lokal maupun mancanegara pasti memburu pernak-pernik khas suku asli ini.

Di Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, pernak-pernik khas Dayak, khususnya untuk oleh-oleh, banyak tersedia. Kaos sablon bergambar suku Dayak Kalimantan merupakan salah satu suvenir yang banyak menyita perhatian.

Gambarnya yang khas juga dapat membuat pemakainya menarik perhatian orang sekitar. Salah satunya menampilkan seorang anggota Suku Dayak dengan pakaian adat membawa pedang dan perisai sambil menari.

Gambar makin menonjol dan terkesan garang karena sebagian besar kaos berwarna hitam. Kaos juga terkesan elegan karena bahannya berkualitas bagus.

"Bahan kaosnya tebal. Kualitas sablonnya juga bagus. Terang dan tebal. Jadi kaos ini cocok untuk dijadikan oleh-oleh," ujar Debi, calon penumpang asal Lampung yang hendak bertolak ke Jakarta.

Di stan-stan konsesioner terminal keberangkatan lantai II banyak tersedia beragam kaos sablon berkualitas baik dan bernilai khas Banua.

Karyawan stan Citra Sasirangan, Siti, mengatakan calon penumpang yang mencari oleh-oleh di stannya banyak yang senang dengan motif kaos sablon itu.

"Pada prinsipnya, menurut pengunjung, yang penting ada motif atau tulisan Dayak atau Kalimantannya. Namanya juga untuk oleholeh, jadi harus ada identitas daerah yang dikunjungi," katanya.

Meski tidak bertuliskan Banjar, kain dan baju sasirangan yang dijual di stan tersebut juga mendapat perhatian pendatang. Ini karena sasaringan memiliki motif khas. (sumber B.Post)

Peserta Baayun Bertambah Berlipat-lipat

Posted by Rooneybjm on , under | komentar (0)



Antusias masyarakat mengikuti ritual baayun maulid di Masjid Keramat Al Mukarromah Desa Banua Halat Kiri Kabupaten Tapin, Kalsel membuat kewalahan panitia. Hingga menjelang puncak acara, panitia masih disibukkan dengan permintaan tambahan baayun.

Berdasarkan catatan selama penyelenggaraan baayun maulid di Banua Halat Tapin, peserta baayun dari tahun ke tahun terus meningkat.

Pada 1990, ayunan terpasang sekitar 70 ayunan. Pada 1991 terjadi peningkatan menjadi 117 ayunan. Pada 2.000, meningkat lebih dari dua kalipatnya menjadi 265 ayunan.

"Pada penyelenggaraan baayun maulid 2008, menembus rekor MURI dengan jumlah ayunan terpasang 1.557 ayunan dan masuk 100 even tahunan nasional," kata Ibnu, salah seorang panitia.

Ada yang menarik dalam tradisi baayun maulid itu, ratusan botol minuman berjejal di sekitar mimbar Masjid Keramat Al Mukarromah. Begitu selesai ritual baayun, masing-masing peserta mengambil kembali botol minuman dengan harapan yang meminumnya mendapat kebaikan dan kesehatan. (sumber B.Post)