Kalimantan Selatan
Pulau Kembang

Di dalam kawasan hutan wisata ini terdapat altar yang diperuntukkan sebagai tempat meletakkan sesaji bagi " penjaga" pulau Kembang yang dilambangkan dengan dua buah arca terwujud kera berwarna putih (Hanoman), oleh masyarakat dari etnis Tionghoa-Indonesia yang mempunyai kaul atau nazar tertentu. Seekor kambing jantan yang tanduknya dilapisi emas biasanya dilepaskan ke dalam hutan pulau Kembang apabila sebuah permohonan berhasil atau terkabul.
Pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Kembang, hati-hati karena monyetnya lumayan agresif lho, amankan barang-barang kecil karena monyetnya suka nyamperin barang-barang pengunjung. Nah, biar tidak dibajak sama sang monyet-monyet itu sebaiknya kita siapkan makanan kecil buat mereka, seperti kacang, pisang, dll. Sayang sekali sepertinya pemerintah setempat kurang memperhatikan dan merawat pulau ini, ini terbukti Pulau Kembang semakin jorok karena banyak sampah nyangkut, apalagi pas musim hujan becek banget. Banyak guide liar juga disana, mereka suka ngikutin kita menjelajah pulau, akhirnya mereka minta fulus dari kita. Tapi meskipun begitu Pulau Kembang asyik banget untuk dikunjungi.
Kain Sasirangan

Kain Sasirangan adalah kain yang didapat dari proses pewarnaan rintang dengan menggunakan bahan perintang seperti tali, benang atau sejenisnya menurut corak-corak tertentu. Pada dasarnya teknik pewarnaan rintang mengakibatkan tempat-tempat tertentu akan terhalang atau tidak tertembus oleh penetrasi larutan zat warna. Prosesnya sering diusahakan dalam bentuk industri rumah tangga, karena tidak diperlukan peralatan khusus, cukup dengan tangan saja untuk mendapatkan motif maupun corak tertentu, melalui teknik jahitan tangan dan ikatan.
Sebagai bahan baku kainnya, yang banyak digunakan hingga saat ini adalah bahan kain yang berasal dari serat kapas (katun). Hal tersebut disebabkan karena pada mulai tumbuhnya pembuatan kain celup ikat adalah sejalan dengan proses celup rintang yang lain seperti batik dan tekstil adat. Untuk saat ini pengembangan bahan baku cukup meningkat, dengan penganekaragaman bahan baku non kapas seperti : polyester, rayon, sutera, dan lain-lain.
Desain/corak didapat dari teknik-teknik jahitan dan ikatan yang ditentukan oleh beberapa faktor, selain dari komposisi warna dan efek yang timbul antara lain : jenis benang/jenis bahan pengikat.

Dayak Kalimantan Paling Banyak Dicari
SUKU Dayak terkenal hingga ke mancanegara. Begitu singgah ke Kalimantan, wisatawan lokal maupun mancanegara pasti memburu pernak-pernik khas suku asli ini.
Di Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, pernak-pernik khas Dayak, khususnya untuk oleh-oleh, banyak tersedia. Kaos sablon bergambar suku Dayak Kalimantan merupakan salah satu suvenir yang banyak menyita perhatian.
Gambarnya yang khas juga dapat membuat pemakainya menarik perhatian orang sekitar. Salah satunya menampilkan seorang anggota Suku Dayak dengan pakaian adat membawa pedang dan perisai sambil menari.
Gambar makin menonjol dan terkesan garang karena sebagian besar kaos berwarna hitam. Kaos juga terkesan elegan karena bahannya berkualitas bagus.
"Bahan kaosnya tebal. Kualitas sablonnya juga bagus. Terang dan tebal. Jadi kaos ini cocok untuk dijadikan oleh-oleh," ujar Debi, calon penumpang asal Lampung yang hendak bertolak ke Jakarta.
Di stan-stan konsesioner terminal keberangkatan lantai II banyak tersedia beragam kaos sablon berkualitas baik dan bernilai khas Banua.
Karyawan stan Citra Sasirangan, Siti, mengatakan calon penumpang yang mencari oleh-oleh di stannya banyak yang senang dengan motif kaos sablon itu.
"Pada prinsipnya, menurut pengunjung, yang penting ada motif atau tulisan Dayak atau Kalimantannya. Namanya juga untuk oleholeh, jadi harus ada identitas daerah yang dikunjungi," katanya.
Meski tidak bertuliskan Banjar, kain dan baju sasirangan yang dijual di stan tersebut juga mendapat perhatian pendatang. Ini karena sasaringan memiliki motif khas. (sumber B.Post)
Peserta Baayun Bertambah Berlipat-lipat

Berdasarkan catatan selama penyelenggaraan baayun maulid di Banua Halat Tapin, peserta baayun dari tahun ke tahun terus meningkat.
Pada 1990, ayunan terpasang sekitar 70 ayunan. Pada 1991 terjadi peningkatan menjadi 117 ayunan. Pada 2.000, meningkat lebih dari dua kalipatnya menjadi 265 ayunan.
"Pada penyelenggaraan baayun maulid 2008, menembus rekor MURI dengan jumlah ayunan terpasang 1.557 ayunan dan masuk 100 even tahunan nasional," kata Ibnu, salah seorang panitia.
Ada yang menarik dalam tradisi baayun maulid itu, ratusan botol minuman berjejal di sekitar mimbar Masjid Keramat Al Mukarromah. Begitu selesai ritual baayun, masing-masing peserta mengambil kembali botol minuman dengan harapan yang meminumnya mendapat kebaikan dan kesehatan. (sumber B.Post)